Selasa, 29 Januari 2019

Warga Desa Plumbungan, Keluhkan Jalan Poros Utama Rusak Parah Mengganggu Pengguna Jalan

Jateng7. Pati - Sejumlah warga Desa Plumbungan, Kecamatan Gabus Kabupaten Pati mengeluhkan akses jalan poros desa yang sudah sejak tiga tahun lebih dibiarkan rusak parah, Rabu tgl (30/01/19).

Akses jalan menuju desa rusak parah apalagi musim hujan tiba.

Jalan desa Plumbungan yang menghubungkan dari Gapura timur menuju poros jalan utama sepanjang 550 m rusak parah hingga depan pengusaha selep padi atau Roosmild milik bpk Sahuri.
Selain aspalnya mengelupas, hampir seluruh jalan tersebut berlubang dengan kedalamaan 5 sampai 25 cm.

Desa plumbungan adalah desa strategis di sebelah selatan kota Pati karena di desa ini ada jalan penghubung antara jalan raya Pati - Gabus dengan jalan raya Pati - Kayen.

Oleh karena itu mulai tahun 2010 jalan alternatif penghubung tersebut di ambil alih oleh PU dalam membangun pembetonan jalan maupun pembangunan talud semuanya dalam tanggung jawab dinas Pekerjaan Umum pemerintah kabupaten Pati.

Namun belum semua jalan poros desa Plumbungan ini mulus dan nyaman untuk dilewati. Penyebab kerusakan jalan, salah satunya sering kali dilewati kendaraan truck bermuatan berat.

Seperti halnya jalan penghubung Desa Plumbungan dan Desa Koripan dan arah desa Penanggungan kecamatan Gabus Pati. Jalan sepanjang kurang lebih 550 meter ini dibiarkan rusak, sehingga membahayakan pengguna jalan.

Jalan rusak ini sudah berlangsung hampir 3 tahun lebih. Ironisnya, jalan poros desa ini lokasinya tidak jauh dari jalan utama Gabus - Pati. 

Kerusakan jalan disebabkan sering kali dilewati kendaraan truck atau kendaraan lain yang bermuatan, kerusakannya hampir merata sepanjang jalan desa kurang lebih 550 meter.

Salah satu warga, saat melintasi menjelaskan, “pengguna jalan, terutama kendaraan roda dua harus ekstra hati hati saat melintas karena jalan sangat licin dan berlumpur jika terjadi hujan bahkan genangan air  yang menutupi lubang mengakibatkan beberapa kendaraan bermotor harus terpeleset.

Para pengendara jika tidak ekstra hati-hati, pengendara bisa terjatuh, karena jalan berlubang. "Disaat musim penghujanpun, jalan ini sangat berbahaya, selain tergenang, jalan juga semakin licin dan berlumpur," ujarnya.

Sejauh ini, perbaikan jalan hanya dilakukan sekedar ditambal sulam saja, warga berharap agar ada perbaikan secara permanen secepatnya.

Jalan poros desa ini menjadi jalur alternatif utama bagi warga yang berada di Plumbungan dan sekitarnya, menuju akses desa Koripan dan desa Penanggungan ke kota Pati atau yang mengarah ke kecamatan Gabus. 

Kerusakan pada poros jalan desa itu bukan hanya menghambat perekonomian masyarakat namun membahayakan para pengendara pengguna jalan terutama roda dua.

Salah seorang masyarakat desa setempat saat melintasi jalan tersebut mengatakan, kondisi rusaknya jalan poros desa yang menghubungkan Gapura timur (desa Plumbungan) jalan utama Gabus - Pati ke arah Desa Koripan atau Desa Penanggungan Gabus sepanjang 550 m menuju desa merupakan akses utama perekonomian masyarakat setempat.

Sebab, aktivitas warga yang hendak menggarap sawah dan ladangnya atau yang pergi sekolah dan bekerja melalui jalur ini sangat mengeluhkan hal tersebut.

Jalan poros desa itu merupakan satu-satunya yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat sebagai jalan alternatif.

“Mulai dari Gapura timur masuk arah jalan poros ruas dari jalan kabupaten menuju Desa Koripan atau Penanggungan yang dipadati permukiman warga termasuk menuju desa Plumbungan mesti ekstra hati-hati karena banyaknya jalan yang berlubang cukup dalam.

Apalagi disaat musim penghujan seperti ini tidak sedikit yang terperosok,” kata warga akhir pekan lalu.

Hal senada juga diutarakan warga Desa Plumbungan lainnya,  menurutnya, “jalan poros desa yang menghubungkan dua desa itu pernah dibangun oleh PU.

Namun hingga saat ini belum pernah ada perbaikan, padahal akses jalan ini merupakan akses utama perekonomian masyarakat perdesaan.

“Saya prihatin, saat warga mau ke sawah dan ladang maupun yang pergi sekolah yang bekerja harus ekstra hati-hati melalui akses jalan ini. 

Ia menambahkan, pihaknya sudah mencoba mengoordinasikan ini dengan pihak desa tapi belum ditanggapi secara serius. “Saya berharap pemerintah bisa membantu keluhan warga terkait jalan ini,” keluhnya.

Tampak dari Gapura timur desa akses jalan menuju desa terluhte rusak.

Sementara itu Kepala desa Plumbungan belum ada tanggapan  serius terkait parahnya kerusakan jalan poros desa yang menghubungkan dua desa tersebut.

Namun mengingat kemampuan anggaran desa yang terbatas, pihaknya hanya bisa membangun jalan lingkungan.

“Untuk membangun jalan poros desa itu membutuhkan biaya yang cukup besar hingga ratusan juta.

Pihak desa juga bukan tidak mengeluh dan tidak berusaha untuk mencari solusi untuk jalan poros desa itu. 

Kami sudah mengusulkan untuk rehab pembangunan jalan poros desa ke pihak pemerintah desa maupun kabupaten namun saat ini belum ada jawaban,” tutur warga setempat. ($.tim)

Senin, 28 Januari 2019

Intensitas Hujan Yang Tinggi Delapan Desa di Kayen Terendam Banjir

Jateng7. Pati - Diguyur hujan sejak minggu malam hingga pagi   dengan curah hujan yang tinggi membuat beberapa desa di Kecamatan Kayen Kabupaten Pati terendam Banjir.

Potensi banjir semakin meningkat mengingat curah hujan yang cukup tinggi.

Dari Pantauan media awak media sedikitnya ada delapan Desa di Kecamatan Kayen Pati terendam banjir, Senin tgl (28/01/19).

Dari Informasi yang dihimpun oleh  Babinsa Koramil 04 Kayen dan warga setempat serta dari berbagai sumber, beberapa desa yang terdampak diantaranya Desa Sumbersari, Desa Kayen, Desa Slungkep, Desa Srikaton, Desa Jatiroto, Desa Talun, Desa Pasuruhan dan Desa Trimulyo.

Bahkan dari delapan desa yang terendam, satu desa diantaranya kondisi ketinggian airnya paling dalam yaitu Desa Srikaton Dukuh Popoh mencapai Lutut orang dewasa antara 30 hingga 70 cm.

Menurut warga setempat saat disambangi awak media menjelaskan,”setiap musim hujan tiba apalagi hujan yang terus menerus mengguyur dari malam kemarin sampai hari ini, beberapa wilayah kecamatan Kayen kebanjiran. 

Dikarenakan kondisi daerah yang sedikit rendah dan sering menjadi langganan banjir, ” Jelas warga yang melintas di lokasi genangan banjir.

“Serta di puncak gunung saat ini telah gundul, tidak ada hutan seperti dulu. Makanya daerah Kayen dalam pantauan serius karena rawan banjir terutama desa desa yang di lewati aliran air sungai dari gunung kendeng,” sanggah warga lainya.

“Seperti puncak gunung sekarang telah beralih fungsi karena menjadi lahan jagung yang ditanam warga. Tanaman tersebut tak mampu menahan air hujan, sehingga banjir lumpur tak terelakkan ketika hujan deras mengguyur  belakangan ini,” imbunya.

“Kami berharap ada solusi dari pemerintah daerah untuk daerah-daerah yang rawan banjir sehingga setiap musim hujan tiba tidak kebanjiran lagi,” harap warga.

Selain di beberapa desa lainnya seperti di Jalur Kayen – Pati, turut Desa Jatiroto juga terendam banjir sehingga mengakibatkan beberapa kendaraan harus putar balik dikarenakan tidak mau kendaraan mereka mogok terkena air.

Tepatnya di depan pintu masuk RSUD Kayen volume air mencapai 50 hingga 100 cm, mengakibatkan sejumlah pengendara roda dua khususnya terlihat bak antrian panjang terpaksa harus menunggu hingga banjir surut.

Dan yang memprihatinkan adalah ada  beberapa sekolah yang terpaksa di liburkan karena tergenang air  setinggi lutut orang dewasa.  

Seperti  MI Mambaul Landoh Kayen saat disambangi, semua dewan guru masuk sekolah untuk berjaga jaga di dalam kelas mengantisipasi terjadi ketinggian air bertambah sehingga bisa menyelamatkan buku sekolah dan yang lainya.

Ada juga yang melakukan bersih-bersih kelas dari endapan lumpur setebal 3-5 cm.
Curah hujan yang tinggi juga di barengi dengan angin yang cukup ektrim, mengkibatkan putusnya jaringan PLN di dukuh Malangan desa Trimulyo sehingga  warga harus ekstra hati hati dalam melintasi jalan tersebut. 

Walaupun upaya pemerintah dalam mengatasi banjir di Kayen ini diataranya telah ditinggikan jalan dengan rabat beton dan pengerukan sungai disepanjang aliran sungai dari gunung kendeng masih juga menyisakan banjir tiap turun hujan, sehingga warga usulkan pengerukan sungai lagi.

Dari usulan  warga yang dirilis awak media pengerukan sungai Kesinan sebagai salah satu langkah untuk mengatasi banjir di Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati.
Banjir yang hampir setiap tahun menggenangi area pemukiman, ladang serta sawah warga setempat, disinyalir akibat pendangkalan sungai Kesinan,” pasalnya.

“Banjir disebabkan pendangkalan sungai begitu muncul  warga memberikan alasanya kepada awak media Intensitas hujan dari daerah lain yang lebih tinggi juga melewati kayen.

Kata warga desa Srikaton masyarakat mengatakan bahwa didesanya dilewati sungai kali Kesinan.

Penggundulan hutan yang terletak disekitar kecamatan  Kayen juga menjadi penyebab seringnya banjir didesanya,” ujar warga dengan nada memelas.

Kali kesinan sudah waktunya dikeruk, pengerukan terakhir dilakukan 3 tahun yang lalu,”tambahnya.

Warga juga menjelaskan  bahwa seharusnya kali Kesinan dikeruk setiap 4 tahun sekali.

Dia menganggap gundulnya hutan dan dan pendangkalan kali Kesinan adalah penyebab utama meluapnya sungai yang melewatinya.

Berdasarkan pantauan awak media sungai yang melewati beberapa desa di Kecamatan Kayen itu meluap akibat curah  hujan tinggi mengguyur wilayah Pati selatan selama beberapa hari terakhir.

Hingga senin siang, air masih menggenangi sawah , ladang serta halaman rumah penduduk setempat. ($.roy)

Sabtu, 26 Januari 2019

Curah Hujan Yang Tinggi Desa Banjarsari Gabus Terancam Banjir

Jateng7. Pati - Curah hujan yang tinggi dalam seminggu ini di Wilayah pati berdampak banjir di sebagian wilayah Kecamatan Gabus.

Air sudah menggenangi rumah penduduk, setinggi lutut orang dewasa.

Banjir yang menggenangi daerah banjarsari terdampak tiap kali musim penghujan tiba, daerah rawan bencana banjir tersebut antara lain.

Desa Banjarsari dukuh Biteng karena letak desa nya yang berada di bantaran sungai Silugonggo, Sabtu (26/01/19).

Ada tiga rumah yang sudah  mulai kemasukan luapan air sungai Silugonggo di dukuh Biteng bersama tagana kab. Pati Sertu Edi Asluri anggota Koramil 19 Gabus selaku Babinsa Desa Banjarsari, segera mengadakan pengecekan dan pemantauan keadaan banjir yang sudah mulai masuk ke rumah warga.

Selain itu team Tagana juga mempersiapkan perahu karet untuk mengantisipasi apabila banjir tersebut semakin membesar dan warga membutuhkan bantuan untuk evakuasi.

Mutadi Ketua team Tagana Kab. Pati mengatakan kondisi curah hujan yang sangat tinggi sampai saat ini kemungkinan besar air sungai Silugonggo bisa semakin besar luapanya ke perkampungan warga.

Maka dari itu team Tagana bersama anggota TNI khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Gabus Kab. Pati mempersiapkan diri untuk penaggulangan bencana supaya tidak terjadi korban jiwa.

“Kerja sama dengan anggota Koramil ni sudah biasa kami lakukan, sehingga kami tidak canggung lagi untuk membantu warga yang terdampak banjir,” pungkasnya. ($.roy)

Senin, 21 Januari 2019

Pelajar SMPN 01 Mendapatkan Materi Wasbang Oleh Danramil Juwana

Jateng7. Pati - Bertempat di  Aula SMPN 1 Juwana Kabupaten Patu, Danramil 02 Juwana, Kapten Inf Yahudi S.Sos Mensosialisasikan atau memberikan pembekalan wawasan kebangsaan kepada pelajar dan guru  SMPN 01 Juwana, di desa Kudukeras Kecamatan Juwana Kab. Pati, Senin tgl (21/01/19).

Wawasan kebangsaan sangat penting sebagai salah satu cinta tanah air dan Bangsa.

Menurut Kapten Inf Yahudi S.Sos, wawasan kebangsaan Pancasila harus dipahami sejak dini, karena untuk menanamkan ideologi kebangsaan yang kuat dan rasa cinta tanah air serta mengetahui dasar negara Indonesia yaitu Pancasila.

"Kita memotivasi generasi muda dimulai dari pelajar untuk belajar pengetahuan Pancasila, bagaimana hidup berbhineka tunggal ika dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila," ujarnya.

"Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ada 4 pilar yang perlu kita ketahui bersama yakni Pancasila, UUD Negara RI 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika," imbuhnya.

Menurutnya, pola kehidupan seperti ini perlu terus disosialisasikan kepada generasi muda, karena sampai saat ini mereka dalam bersikap dan bertindak banyak yang masih belum mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai Dasar Negara.

"Generasi muda sekarang ini jauh berbeda dengan generasi seperti dulu, dimana di zaman sekarang ini para generasi muda kita masih sangat kurang peduli terhadap wawasan kebangsaan," tegasnya.

"Jangan gampang terhasut ataupun terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI yang kita cintai ini," tandasnya.

Diakhir penyampaiannya dalam memberikan wawasan kebangsaan, Kapten Inf Yahudi S.Sos menjelaskan bagaimana perjuangan para pejuang yang sudah mempertahankan keutuhan NKRI dengan mengorbankan jiwa dan raganya, menjaga kekompakan dengan tidak saling membeda-bedakan sehingga terjadi permusuhan, perpecahan diantara kita kemudian musuh dengan gampang merebut Indonesia.

Kepala Sekolah SMPN 1 Juwana, Drs. Mashuri, S.Pd memberikan apresiasi “kami berterima kasih kepada Danramil 02 Juwana yang telah sudi dan meluangkan waktunya untuk memberikan Wasbang kepada Guru  SMPN 1 Juwana sebagai tenaga pendidik kepada siswa-siswi melalui pembekalan yang diberikan ini menjadi pedoman untuk para Guru,” Ungkap Kepala Sekolah.

Sangat penting untuk generasi milineal sekarang ini agar lebih paham tentang pendidikan dan wawasan kebangsaan sebagai sarana cinta tanah air dan Bangsa. ($.roi)

Selasa, 15 Januari 2019

Tenggelamnya KRI Macan Tutul Bersama Komodor Yos Soedarso

TH.Indonesia. Sejarah - "Ketika Si Bung Murka Tenggelamnya KRI Matjan Tutul berujung kepada pemberhentian KASAU Suryadarma dan diadakannya Operasi Jayawijaya.

KRI Matjan Tutul yang bertarung sendirian melawan kapal kapal perang Belanda.

Apa yang terjadi usai KRI Matjan Tutul dikeroyok oleh tiga kapal perang Belanda? Dalam pelariannya di atas KRI Harimau, Kolonel Sudomo dengan sigap segera mengirim kawat ke MBAL (Markas Besar Angkatan Laut) di Jakarta. Dia meminta agar MBAL mengontak MBAU (Markas Besar Angkatan Udara) agar secepatnya mengirimkan pesawat-pesawat pembom AURI untuk membantu posisi KRI Matjan Tutul.

“Saya meminta mereka untuk membom saja kapal-kapal Belanda yang sedang mengejar tersebut, karena jelas mereka semua sudah memasuki wilayah perairan territorial Indonesia,” ujar Sudomo kepada Julius Pour dalam Laksamana Sudomo:Mengatasi Gelombang Kehidupan.

Alih-alih terlaksana, permintaan Sudomo itu malah tak mendapat respon apapun. Mengetahui gelagat seperti itu, Asisten Operasi KASAD Kolonel Moersjid yang saat itu ada di dalam KRI Harimau, menjadi geram. Belakangan, diketahui bahwa meskipun kawat itu sampai ke MBAU, namun pihak AURI mengalami kesukaran teknis operasional untuk mewujudkan suatu permintaan yang sifatnya mendadak dan tidak terencana.

Presiden Marah, begitu sampai di pangkalan, Kolonel Moersjid langsung terbang ke Jakarta. Setiba di ibu kota, dia lantas menemui Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal A.H. Nasution. 

Moersjid melaporkan semua yang dia alami di Arafuru, termasuk respon negatif AURI. Nasution menanggapinya dengan diam seribu basa. Moersjid kesal, lantas berkata kepada atasannya itu:

“Jenderal takut melaporkan kenyataan ini?”
Hening sejenak. Namun keluar juga ucapan dari Nasution.

“Hari ini akan ada sidang Dewan Pertahanan Nasional di Istana Bogor, silakan Kolonel ikut ke sana…”

Empat hari setelah kejadian Insiden Arafuru, Moersjid melangkah ke ruang rapat di Istana Bogor. 

Di hadapan Presiden Sukarno dan para perwira tinggi, secara emosional dia menceritakan apa yang dia alami selama ada di palagan Arafuru. “Saya tak pedulikan semuanya. 

Pangkat saya hanya kolonel, pangkat paling rendah dari seluruh hadirin di ruangan tersebut. Saya nothing to lose, maka saya beberkan saja semuanya dengan lugas. 

Omong kosong AURI mampu menjaga wilayah udara Indonesia up to the minute, omong kosong karena tak seekor pun (pesawat) capung muncul ketika kapal kami diserang…”

Mendengar laporan langsung dari Moersjid, wajah Presiden Sukarno menjadi merah padam. Nampak sekali Si Bung menjadi murka. Dia lantas membuat rapat terbatas bersama panglima dari ketiga angkatan: Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Saat memasuki ruang rapat itulah, tetiba Kasal R.E. Martadinata langsung menunjuk muka Kasau Suryadarma. “Mengapa AURI tidak membantu kapal saya?!” tanyanya sambil terlihat emosional.

Suryadarma yang merasa tak pernah dilibatkan dalam operasi itu tentu saja tak bisa menerima begitu saja dirinya disalahkan. 

Menurutnya, tak ada alasan bagi AURI untuk menolak tugas jika memang sebelumnya sudah dikonfirmasi mengenai suatu operasi rahasia. 

“Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada surat tembusan ke AURI bahwa ALRI sedang mengadakan operasi,” jawab Suryadarma dalam biografinya Bapak Angkatan Udara: Suryadi Suryadarma karya Adityawarman Suryadarma.

Usai rapat, Suryadarma langsung menuju MBAU. Dari seluruh berita yang masuk melalui PHB Langgur ditemukan satu berita SOS yang berasal dari KRI Matjan Tutul (bukan dari KRI Harimau). 

Namun ketika dikonfirmasi oleh PHB Langgur, taka da respon sama sekali dari sana. Saat itu juga, PHB Langgur menindaklanjuti dengan melakukan cross-check ke PHB Cililitan, dilanjutkan dengan menanyakan kepada piket Komando Mandala. Namun piket Komando Mandala pun menyatakan tak tahu menahu tentang adanya kegiatan operasi tersebut.

Suryadarma Diberhentikan
Merasa tidak ada yang salah dengan AURI, dalam rapat kedua di Istana Merdeka bersama Bung Karno dan Kasad Nasution serta Kasal Martadinata, Kasau Suryadarma menyatakan bahwa AURI tak bisa disalahkan dalam kasus tersebut. 

“Bagaimana AURI bisa membantu kalau tidak tahu adanya kegiatan kalian. Kita harus lebih terbuka dalam merencanakan semua kegiatan operasi…” ujar Suryadarma.

Apapun yang terjadi, Bung Karno terlanjur marah akibat Insiden Arafuru tersebut. Kepada ketiga kepala staf itulah, dia lantas bertanya: siapkah untuk melakukan aksi balas dendam kepada Belanda? Martadinata dan Nasution menyatakan siap. Hanya Suryadarma yang menyatakan tidak.

Dalam biografinya, Suryadarma menyatakan tidak yakin dengan kekuatan personilnya. Jika keinginan Bung Karno, bahwa tentara kita harus diterjunkan secara besar-besaran di Irian itu artinya Indonesia sudah menyatakan perang terbuka kepada Belanda. 

Untuk perang terbuka, kata Suryadarma, PGT (Pasukan Gerak Tjepat Angkatan Udara) tentu saja belum memiliki kemampuan itu. Mereka hanya bisa melakukan operasi terbatas saja. 

Soal perlengkapan komunikasi antar pasukan pun dinyatakan masih minim. 

Singkatnya, Suryadarma tidak ingin mengorbankan jiwa prajurit-prajuritnya secara sia-sia, hanya untuk menyenangkan hati Bung Karno.

Kepada Si Bung, Suryadarma juga memaparkan bagaimana masalah akan terjadi jika pesawat-pesawat pembom AURI tidak mendapat pangkalan yang layak untuk menyerang posisi Belanda di Irian. 

“Kita memang punya Morotai, tapi terlalu jauh dari Irian. Adapun pangkalan udara Leftuan dan Langguran yang relatif dekat dengan Irian, kondisinya tidak memenuhi syarat untuk didarati oleh MIG-21…” ungkap Suryadarma.

Alih-alih bisa menerima alasan Suryadarma, Bung Karno malah menarik Nasution dan Martadinata ke ruang sebelah. Mereka meninggalkan Suryadarma sendirian. 

Suryadarma sendiri mengakui dia sangat kecewa diperlakukan demikian oleh pimpinan tertingginya.

Setelah beberapa lama, Bung Karno dan kedua kepala staf kembali ke ruangan di mana Suryadarma berada. Dengan suara berat namun tegas, ia menyatakan memberhentikan Suryadarma dari jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Udara dan mengangkat Omar Dani sebagai penggantinya. 

Tentu saja, sebagai seorang tentara, tak ada sikap lain selain menerima pemberhentian itu secara lapang dada.

Sepeninggal Suryadarma, operasi “balas dendam” pun dirancang. Awalnya aksi militer yang diberi sandi “Operasi Jayawijaya” itu akan dilakukan pada 12 Agustus 1962. 

Lantas karena banyak kendala, kemudian dimundurkan menjadi tanggal 19 Agustus 1962. 

Sebelum terjadi, empat hari pra operasi, markas besar PBB di New York mengumumkan bahwa perundingan antara Indonesia dengan Belanda telah berhasil mencapai suatu kesepakatan: Belanda akan angkat kaki dari Irian Barat pada 1 Mei 1963, Maka otomatis Operasi Jayawijaya pun tidak jadi diselenggarakan. (Z.rozi)

Related Post